JAHE
(Zingiber
Officinale)
Oleh: Eko
Wahyono
=bagian 1=
A. Sejarah Singkat
Jahe merupakan
tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia
Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini
disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama
sebagai bahan minuman, bumbu masak, dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya
seperti temu lawak (Curcuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas
galanga) dan lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo),
bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae
(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dan
sebagainya.
B. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber
officinale
2. Deskripsi.
Tumbuhan berbatang semu, tinggi 30 cm
sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit,
panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ;
bentuk lidah daun memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang
agak berbulu. Perbungaan berupa malai tersembul di permukaan tanah, berbentuk
tongkat atau bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam;
panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm; gagang bunga hampir tidak
berbulu, panjang 25 cm, rahis berbulu jarang; sisik pada gagang terdapat 5 – 7
buah, berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu,
panjang sisik 3 – 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar
pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 –
1,75 cm; mahkota bunga berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit,
berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5
mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan,
panjang 12 – 15 mm; kepala sari berwarna ungu, panjang 9 mm; tangkai putik 2.
3. Jenis Tanaman
Jahe dibedakan
menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya
dikenal 3 varietas jahe, yaitu:
1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga
jahe gajah atau jahe badak: Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya
lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi
baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga
jahe sunti atau jahe emprit: ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit
menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas,
disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk
diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah: Rimpangnya berwarna merah dan
lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah
selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama
dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
C. Manfaat Tanaman
Rimpang jahe
dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan
seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat
digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah
menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa
ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami. Dalam
perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan awetan jahe.
Di samping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak astiri dan koresin
yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan pencampur
dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat
secara farmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti
muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi,
anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta merangsang
pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
D. Daerah Penanaman
Terdapat di
seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini jahe telah
banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, Yunani, India,
Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe dari Jamaika
mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan negara produsen jahe
terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe dunia.
E. Syarat Pertumbuhan
1. Iklim
a. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan
relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun.
b. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih
tanaman jahe memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan
di tempat yang terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
c. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman
jahe antara 20-35°C.
2. Media Tanam
a. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada
tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung humus.
b. Tekstur tanah yang baik adalah lempung
berpasir, liat berpasir dan tanah laterik.
c. Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman
tanah (pH) sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah
adalah 6,8-7,0.
3. Ketinggian Tempat
a. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m di atas permukaan laut (dpl).
b. Di Indonesia pada umumnya ditanam pada
ketinggian 200 - 600 m dpl.
E. Pedoman Budidaya
1. Pembibitan
a. Persyaratan Bibit: bibit berkualitas adalah
bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh
yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang
bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi antara
lain:
b. Bahan bibit diambil langsung dari kebun
(bukan dari pasar).
c. Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah
tua (berumur 9-10 bulan).
d. Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan
kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
2. Teknik Penyemaian Bibit: untuk pertumbuhan tanaman
yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih
dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau
dengan bedengan.
a. Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe
yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan
sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap
potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya
potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu
dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit
kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan ke dalam peti kayu. Lakukan cara
penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu
diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam
padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam
padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit jahe tersebut sudah disemai.
b. Penyemaian pada bedengan: buat rumah
penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe
gajah seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari
tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami
lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula,
demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian
atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2
minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak
terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan
dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60
gram.
c. Penyiapan Bibit: sebelum ditanam, bibit
harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke
dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian
bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan Lahan : Untuk mendapatkan hasil
panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan
tanaman jahe. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah
yang dibutuhkan tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman
dengan kapur.
b. Pembukaan Lahan: pengolahan tanah diawali
dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan
kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.
Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit
penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan
tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan
tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk
kandang dengan dosis 1.500 - 2.500 kg.
c. Pembentukan Bedengan: pada daerah-daerah
yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya
genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran
tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan.
d. Pengapuran: pada tanah dengan pH rendah,
sebagian besar unsur-unsur hara di dalamnya, Terutama fosfor (p) dan kalsium
(Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam
ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium
sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium
yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu,
merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan
merangsang pembentukan biji.
- Derajat keasaman < 4 (paling asam):
kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
- Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit
5.5 ton/ha.
- Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan
dolomit 0.8 ton/ha.
3. Teknik Penanaman.
a. Penentuan Pola Tanaman: pembudidayaan jahe
secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional,
karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah,
pembudidayaan tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena
selalu menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman
lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
- Mengurangi kerugian yang disebabkan naik
turunnya harga.
- Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja
pemeliharaan tanaman.
- Meningkatkan produktivitas lahan.
- Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan
tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di
lapangan, ada jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun,
bawang merah, cabe rawit, buncis dan lain-lain. Ada juga yang ditumpangsarikan
dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.
b. Pembuatan Lubang Tanam: untuk menghindari
pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka
sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat
lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
c. Cara Penanaman: cara penanaman dilakukan
dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau
alur yang sudah disiapkan.
d. Periode Tanam: penanaman jahe sebaiknya
dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini
dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk
pertumbuhannya.
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman: sekitar 2-3 minggu setelah
tanam, hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus
segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh
tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik
serta pemeliharaan yang benar.
b. Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan
ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali.
Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe
berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada
umur tersebut rimpangnya mulai besar..
c. Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah
yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan. Di samping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang
kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda,
cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30
cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali
pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang
berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembubunan
pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu,
umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
d. Pemupukan :
- Pemupukan Organik: pada pertanian organik
yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka
pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau
pupuk kandang dilakukan lebih sering dibanding kalau kita menggunakan pupuk
buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal
pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton
per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian
pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam
di awal pertanaman sebanyak 0,5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya
dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis
pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini
biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan
pembubunan.
- Pemupukan Konvensional: selain pupuk dasar
(pada awal penanaman), tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat
tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik
15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan
(urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112
kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk
nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan
pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan
sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan.
Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam
bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.
- Pengairan dan Penyiraman: tanaman Jahe
tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada
awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan
September;
- Waktu Penyemprotan Pestisida: penyemprotan
pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk
disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase
pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin
yang mendorong pertumbuhan jahe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar